Profil Desa Surusunda

Ketahui informasi secara rinci Desa Surusunda mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.

Desa Surusunda

Tentang Kami

Profil Desa Surusunda, Kecamatan Karangpucung, Cilacap. Sebuah potret komunitas petani kapulaga yang tangguh, terus berproduksi di tengah kepungan ancaman bencana tanah longsor dan tantangan berat pada infrastruktur jalan.

  • Sentra Pertanian Kapulaga

    Desa Surusunda merupakan salah satu sentra budidaya kapulaga (cardamom) di wilayahnya, dengan kelompok tani yang aktif berupaya meningkatkan nilai jual komoditas unggulan ini.

  • Tingkat Kerawanan Bencana Tinggi

    Wilayah desa secara konsisten menghadapi bencana tanah longsor, terutama saat musim hujan, yang sering kali memutus akses jalan utama dan mengancam permukiman warga.

  • Resiliensi Komunitas dan Gotong Royong

    Masyarakat Desa Surusunda menunjukkan modal sosial yang sangat kuat, dibuktikan dengan semangat gotong royong yang tinggi bersama TNI, Polri, dan BPBD dalam setiap penanganan pasca bencana.

Pasang Disini

Di tengah jajaran perbukitan Kecamatan Karangpucung, Kabupaten Cilacap, Desa Surusunda berdiri sebagai monumen ketangguhan. Desa ini merupakan rumah bagi para petani ulet yang menggantungkan hidupnya pada lahan-lahan miring yang subur, dengan kapulaga sebagai salah satu komoditas andalannya. Namun kesuburan tanah tersebut datang dengan harga yang mahal: sebuah realitas hidup di bawah bayang-bayang ancaman bencana tanah longsor yang datang nyaris tanpa jeda setiap musim penghujan.

Kisah Desa Surusunda bukanlah tentang pesona wisata atau denyut industri, melainkan tentang perjuangan fundamental sebuah komunitas agraris untuk bertahan dan bertumbuh. Di bawah kepemimpinan pemerintah desa dan dimotori oleh semangat gotong royong yang luar biasa, warga Surusunda terus membuktikan bahwa keterbatasan alam dapat dihadapi dengan kekuatan kebersamaan. Profil ini mengupas lebih dalam tentang potensi "emas hijau" kapulaga, tantangan kebencanaan yang abadi dan resiliensi sosial yang menjadi aset terbesar desa ini.

Geografi Rawan Bencana dan Demografi

Desa Surusunda menempati wilayah seluas 758,55 hektare dengan topografi yang didominasi oleh perbukitan terjal dan lembah. Menurut data resmi Pemerintah Kabupaten Cilacap, desa ini dihuni oleh 3.892 jiwa yang tersebar di beberapa dusun atau grumbul, di antaranya Dusun Karanganyar dan Grumbul Ciheuleut. Struktur tanah yang labil dan kemiringan lereng yang ekstrem menjadikan hampir seluruh wilayah desa masuk dalam peta zona merah rawan pergerakan tanah.

Setiap tahun, terutama pada periode Januari hingga Maret, laporan mengenai bencana tanah longsor di Surusunda seakan menjadi agenda rutin. Kejadian longsor tidak hanya berskala kecil, tetapi sering kali cukup masif hingga menutup total akses jalan kabupaten yang merupakan satu-satunya urat nadi penghubung desa dengan pusat kecamatan. Bencana ini menjadi faktor pembatas utama dalam segala aspek kehidupan masyarakat, mulai dari ekonomi hingga akses terhadap layanan dasar.

Pemerintahan di Garis Depan Bencana

Pemerintah Desa Surusunda, yang saat ini berada di bawah kepemimpinan Kepala Desa Rusdi, menjalankan fungsi pemerintahan di garis depan kebencanaan. Peran pemerintah desa tidak hanya terbatas pada urusan administrasi, tetapi juga sebagai komandan lapangan dalam setiap upaya tanggap darurat. Setiap kali longsor terjadi, kepala desa beserta jajarannya menjadi yang pertama berkoordinasi dengan Forum Komunikasi Pimpinan Kecamatan (Forkopimcam) Karangpucung, BPBD, dan dinas terkait lainnya.

Upaya advokasi untuk mendapatkan solusi permanen juga terus dilakukan melalui forum-forum resmi seperti Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa (Musrenbangdes). Dalam forum ini, usulan pembangunan talud atau tembok penahan tebing dan perbaikan drainase di titik-titik paling rawan selalu menjadi prioritas utama. Selain itu, pemerintah desa juga memastikan program jaring pengaman sosial seperti Bantuan Langsung Tunai Dana Desa (BLT-DD) tersalurkan dengan baik kepada warga yang berhak, sebagai bantalan ekonomi di tengah ketidakpastian.

Kapulaga: Emas Hijau di Tengah Ancaman

Di tengah tantangan alam yang berat, masyarakat Desa Surusunda memiliki komoditas unggulan yang menjadi tumpuan harapan ekonomi, yaitu Kapulaga (cardamom). Tanaman rempah ini cocok dibudidayakan di sela-sela tanaman keras di lahan miring, menjadikannya pilihan ideal bagi petani setempat. Kapulaga dari wilayah ini dikenal memiliki kualitas yang baik dan menjadi sumber pendapatan penting bagi banyak keluarga.

Potensi "emas hijau" ini tidak dibiarkan berjalan apa adanya. Para pemuda dan petani di desa ini telah terorganisasi dalam kelompok tani, salah satunya "Taruna Tani Mandiri". Kelompok ini menunjukkan inisiatif untuk meningkatkan nilai tambah dari komoditas kapulaga. Pada tahun 2023, kelompok tani ini tercatat mendapatkan pendampingan dan pelatihan dari PT Pertamina (Persero) untuk meningkatkan teknik budidaya, proses pascapanen, hingga pengemasan agar produk mereka memiliki daya saing yang lebih tinggi di pasaran. Upaya ini menunjukkan adanya visi dan keinginan kuat untuk maju, mengubah tantangan menjadi peluang ekonomi.

Longsor: Tantangan Abadi dan Respon Komunitas

Bencana tanah longsor merupakan tantangan abadi bagi Desa Surusunda. Dokumentasi media dan laporan BPBD menjadi saksi bisu betapa seringnya bencana ini terjadi. Pada Januari 2025, longsor di Dusun Karanganyar tidak hanya menutup jalan, tetapi juga mengancam beberapa rumah warga yang berada tepat di bawah tebing. Peristiwa serupa kembali terjadi pada Juni 2025 di Grumbul Ciheuleut.

Namun, di setiap peristiwa bencana, ada sebuah pemandangan yang selalu menginspirasi, yaitu respons komunitas yang luar biasa. Semangat gotong royong menjadi kekuatan utama warga Surusunda. Tanpa menunggu lama, warga bersama aparat dari Koramil, Polsek, UPTD PUPR, dan relawan BPBD akan bahu-membahu menyingkirkan material longsoran dengan peralatan seadanya. Cangkul, sekop, dan karung menjadi senjata mereka untuk membuka kembali isolasi.

Kebersamaan ini merupakan modal sosial yang tak ternilai. Ia menunjukkan bahwa masyarakat Surusunda tidak pasrah pada keadaan, melainkan secara aktif dan kolektif berjuang untuk mengatasi kesulitan. Resiliensi sosial inilah yang membuat desa ini tetap mampu bertahan dan bangkit kembali setelah diterpa bencana berkali-kali.

Infrastruktur dan Kebutuhan Pembangunan Mendesak

Kondisi infrastruktur jalan merupakan isu paling fundamental yang menentukan masa depan Desa Surusunda. Jalan yang baik dan aman bukan lagi sekadar keinginan, melainkan kebutuhan yang sangat mendesak. Putusnya jalan akibat longsor secara langsung melumpuhkan roda perekonomian. Petani tidak dapat menjual kapulaga dan hasil bumi lainnya ke pasar di Karangpucung. Biaya transportasi menjadi sangat mahal karena harus mengambil rute alternatif yang lebih jauh dan berbahaya jika ada.

Akses terhadap pendidikan dan kesehatan pun turut terganggu. Para guru dan siswa sering kali terhambat perjalanannya, sementara warga yang sakit kesulitan untuk mencapai puskesmas. Oleh karena itu, pembangunan infrastruktur yang berwawasan mitigasi bencana menjadi solusi yang harus diprioritaskan oleh pemerintah daerah. Pembangunan talud permanen, sistem drainase yang terintegrasi, dan penguatan struktur jalan di titik-titik rawan bukan lagi pilihan, melainkan sebuah keharusan untuk menjamin keselamatan dan membuka gerbang kemajuan bagi Desa Surusunda.